Tradisi yang konon berasal dari Tiongkok dan tiba di Jawa ini bisa dibilang tradisi untuk mengajari remaja laki-laki bisa menjadi seorang pria dewasa.
Dewasa yang dimaksud di sini dalam artian bisa memahami seluk beluk tubuh perempuan.
Ada berbagai cerita menarik terkait tradisi yang satu ini. Bahkan ada sebuah novel yang dibuat dengan latar tradisi gowok yang begitu fenomenal.
Goo Wook Niang adalah seorang wanita Tiongkok yang disebut telah membawa tradisi yang disebut Gowok ke Jawa.
Tardisi yang di berinama gowok ini diambil dari nama Goo Wook Niang sendiri. Karena lidah orang Jawa saat itu agak sulit melafalkan nama lengkap Goo Wook, maka dipersingkat jadi gowok saja.
Tugas dari seorang gowok ini adalah memperkenalkan seluk beluk tubuh perempuan, katuragan wanita, pada remaja laki-laki yang beranjak dewasa.
Ada tradisi Jawa tempo dulu di mana remaja yang sudah dikhitan akan tinggal serumah dengan seorang gowok.
Gowok ini kemudian yang akan mengajarinya berbagai hal yang terkait dengan cara membahagiakan perempuan secara lahir dan batin.
Dengan kata lain, si remaja akan diajari semua hal yang terkait dengan urusan ranjang. Yang bertujuan agar si remaja kelak bisa membahagiakan istrinya.
Remaja laki-laki bisa menghabiskan waktu selama beberapa lama dalam “asuhan gowok”. Masa ini disebut nyantrik.
Sang remaja akan diajari bagaimana menjadi lelananging jagad yang sejati. Bukan hanya soal urusan ranjang saja yang diajarkan oleh seorang gowok. Gowok pun akan mengajari berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga dan bagaimana cara memperlakukan istri dengan baik di masa yang akan datang
Gowok sendiri biasanya disewa oleh ayah dari anak remajanya yang beranjak dewasa. Agar sang putra bisa menjadi suami yang seutuhnya saat dewasa nanti, maka perlu dibekali berbagai pengetahuan dan pelajaran langsung dari seorang gowok. Setidaknya nanti saat malam pengantin baru, sang pemuda tidak mendapat malu
Tradisi ini Diangkat dalam sebuah Novel Berjudul Nyai Gowok, Novel Kamasutra dari Jawa
Novel karya Budi Sardjono ini menceritakan tradisi gowok dan tradisi seksualitas Jawa. Yang Berlatar kota Temanggung tahun 1955,
Nyai Lindri yang berperan sebagai gowok mendidik Bagus Sasongko menjadi lelaki sejati
Nyai Lindri mengajarkan berbagai hal yang berhubungan dengan cara membahagiakan seorang perempuan dan bagaimana cara memperlakukan tubuh istrinya nanti ketika sudah menikah.
Tak bisa dipungkiri ada hal-hal yang “dewasa” dibahas dalam novel tersebut. Novel ini pun sepertinya lebih layak dibaca oleh mereka yang sudah menikah atau berumah tangga.
Entah apakah saat ini tradisi gowok masih
ada atau sudah tak dilestarikan lagi.
Seandainya adapun pasti akan jadi kontroversi tersendiri.
Tapi, ada beberapa sumber yang mengatakan kalau tradisi Gowok tetap diimplementasikan di beberapa daerah terpencil.
Tapi, mungkin bentuknya lebih sopan dan punya norma