Dalam satu kesempatan di dalam Masjid Nabawi, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada para sahabat, "Akan datang kepada kalian saat ini seorang laki-laki penghuni surga."
Ucapan Rasulullah Shallallahu laihi wa sallam itu tentu saja membuat penasaran. Para sahabat bertanya-tanya siapa gerangan sang penghuni surga tersebut. Apakah dia salah seorang yang paling rajin sholatnya atau yang paling rajin puasanya? Atau yang paling banyak sedekahnya? Atau mungkin yang tidak pernah absen dalam jihad?
Tidak lama kemudian para sahabat melihat seorang laki-laki Anshar dengan wajah basah. Air wudu menetes dari jenggotnya. Tangannya menjinjing sepasang sandal jepit. Tak ada yang spesial secara fisik dari laki-laki itu.
Para sahabat bertanya-tanya alasan apa yang membuat laki-laki tersebut menjadi calon penghuni surga. Tentu saja itu derajat tinggi yang sangat diinginkan setiap Muslim, apalagi para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka semua menginginkan jaminan tempat di surga.Sampai keesokan hari belum terjawab juga rasa penasaran para sahabat. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kembali mengucapkan hal sama, "Akan datang kepada kalian saat ini seorang laki-laki penghuni surga."
Para sahabat pun kembali penasaran, bertanya-tanya, siapa lagi yang dipastikan merasakan nikmat Allah Subhanahu wa ta'ala yang kekal itu?
Namun, justru laki-laki dengan wajah basah wudu dan membawa sepasang sandal jepit itu lagi yang muncul. Para sahabat semakin bertanya-tanya, tapi tidak ada satu pun yang berani bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Hingga ketiga kalinya, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengucapkan hal yang sama. Namun, tetap saja yang muncul laki-laki tadi. Para sahabat pun yakin laki-laki itulah calon penghuni surga. Tapi, tidak satu pun sahabat yang mengetahui alasan di balik rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala memasukkan laki-laki tersebut ke golongan yang selamat pada hari akhir.
Namun, para sahabat tetap merasa tidak enak hati jika menanyakannya hal itu kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Tinggallah para sahabat terus dirundung keingintahuan. Salah satu sahabat yang amat penasaran yakni Abdullah bin Amr bin Ash, dan memilih inisiatif untuk mencari tahu sendiri.
Hari ketiga setelah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengutarakan hal sama, Abdullah bin Amr bin Ash bermaksud mengikuti laki-laki itu. Ia pun membuntutinya hingga tiba di rumah calon penghuni surga tersebut.Abdullah berpikir cara agar bisa mengetahui amalan apa yang mengantarkan pria itu meraih keistimewaan sebagai calon penghuni surga. Ia kemudian menyapa pria tersebut dan bermaksud meminta izin menginap di rumahnya. Abdullah ingin tinggal di sana agar dapat mengetahui amalan si calon penghuni surga.
"Aku telah bertengkar dengan ayahku, kemudian aku bersumpah untuk tidak mendatanginya selama tiga hari. Jika boleh, aku ingin tinggal bersamamu selama tiga hari," ujar Abdullah kepada laki-laki itu.
Si calon penghuni surga tersebut dengan senang hati menyambut Abdullah. “Tentu, silakan,” ujarnya gembira. Maka, tinggallah Abdullah di rumah calon penghuni surga itu selama tiga hari.
Selama tinggal di sana, Abdullah mengamati setiap ibadah dan amalan yang dilakukan si calon penghuni surga. Hari pertama, dia tak menemukan adanya amalan spesial dari laki-laki itu. Hari kedua, ibadahnya masih sama, tak ada yang istimewa.Hingga hari terakhir, Abdullah tidak juga menemukan ibadah yang luar biasa dari si laki-laki yang berhasil meraih keutamaan surga tersebut.
Abdullah hanya melihat ibadah si laki-laki yang biasa, menjalankan ibadah wajib. Di sepertiga malam, pria itu tidak pernah bangun untuk Sholat Tahajud.
Meski Abdullah selalu mendengar laki-laki itu berzikir dan bertakbir acap kali terjaga dari tidur, pria tersebut baru bangun saat waktu Sholat Subuh tiba.
Luput dari sholat malam, pria penghuni surga itu pun tidak menjalankan puasa sunah. Namun, Abdullah juga tak pernah mendengar pria tersebut berbicara, kecuali ucapan yang baik.Tiga hari terlewat tanpa menemukan jawaban apa pun. Bahkan, hampir saja Abdullah meremehkan amalan si calon penghuni surga jika tidak mendapat jawaban sebelum pamit.
Ketika izin pulang setelah menginap tiga hari, Abdullah mengakui maksudnya untuk mencari keutamaan amalan si laki-laki itu hingga beruntung menjadi salah satu calon penghuni surga Allah Subhanahu wa ta'ala yang dipenuhi segala kenikmatan.
Kepada pria itu Abdullah berkata, "Wahai hamba Allah, sesungguhnya tidak pernah terjadi pertengkaran antara aku dan ayahku. Tujuanku menginap di rumahmu adalah karena aku ingin tahu amalan yang membuatmu menjadi calon penghuni surga, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah. Aku bermaksud dengan melihat amalanmu itu aku akan menirunya supaya bisa menjadi sepertimu. Tapi, ternyata kau tidak terlalu banyak beramal kebaikan. Apakah sebenarnya hingga kau mampu mencapai sesuatu yang dikatakan Rasulullah sebagai penghuni surga?" tanyanya.
Laki-laki itu pun tersenyum dan menjawab ringan, "Aku tidak memiliki amalan, kecuali semua yang telah engkau lihat selama tiga hari ini." Jawabannya itu tak memuaskan hati Abdullah ibn Amr.
Namun ketika Abdullah melangkah keluar dari rumah, laki-laki tersebut memanggilnya. Ia berkata kepada Abdullah, "Benar, amalanku hanya yang engkau lihat. Namun, aku tidak pernah berbuat curang kepada seorang pun, baik kepada Muslimin ataupun selainnya. Aku juga tidak pernah iri ataupun hasad kepada seseorang atas karunia yang telah diberikan Allah kepadanya."
Mendengar perkataan tersebut, takjublah Abdullah bin Amr bin Ash. Ia yakin sifat tidak pernah iri, dengki, dan hasad membuat pria itu masuk surga.
Ia pun malu karena banyak dari Muslimin yang tidak memerhatikan akhlak tersebut. Tak hanya ibadah semata yang mengantarkan manusia merasakan surga Allah Subhanahu wa ta'ala, tetapi juga amalan kebaikan, termasuk sifat dan akhlakul karimah."Kemungkinan amalan inilah yang membuatmu mendapatkan derajat yang tinggi. Ini adalah amalan yang sangat sulit untuk dilakukan," ujar Abdullah girang mendapat jawaban sekaligus pelajaran berharga.
Tidak sia-sia Abdullah menginap tiga hari bersama sang calon penghuni surga. Ia mendapat pelajaran yang patut dicontoh dirinya maupun Muslimin secara umum.
Berdasarkan kisah tersebut, banyak pelajaran yang dapat dipetik Muslimin. Sifat hasad, baik iri maupun dengki, sangat dilarang dalam Islam. Bahkan dari kisah ini tampak seorang yang tak pernah memiliki sifat itu merupakan calon penghuni surga Allah Subhanahu wa ta'ala.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ تَحَاسَدُوْا ، وَلاَ تَنَاجَشُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا ، اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ ، لاَ يَظْلِمُهُ ، وَلاَ يَخْذُلُهُ ، وَلاَ يَحْقِرُهُ ، اَلتَّقْوَى هٰهُنَا ، وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْـمُسْلِمَ ، كُلُّ الْـمُسْلِمِ عَلَى الْـمُسْلِمِ حَرَامٌ ، دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ.
Artinya: "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 'Kalian jangan saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi! Janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, maka ia tidak boleh menzaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu di sini –Beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali. Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap orang Muslim, haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas Muslim lainnya." (HR Muslim Nomor 2564)
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam لاَ تَحَاسَدُوْا = artinya, jangan sebagian kalian dengki kepada sebagian yang lain.Sifat dengki ada pada watak manusia karena manusia tidak suka diungguli orang lain dalam kebaikan apa pun. Contoh sikap dengki antara lain usaha menghilangkan kenikmatan yang ada pada orang yang didengki dengan berbuat zalim kepadanya, baik dengan perkataan maupun perbuatan.
Ini merupakan dosa iblis yang dengki kepada Nabi Adam Alaihissallam ketika melihat beliau mengungguli para malaikat, karena Allah Subhanahu wa ta'ala menciptakan beliau dengan tangan-Nya sendiri, menyuruh para malaikat sujud kepada beliau, mengajarkan nama segala hal kepada beliau, dan menempatkan beliau di dekat-Nya.
Iblis tidak henti-hentinya berusaha mengeluarkan Nabi Adam Alaihissallam dari surga hingga akhirnya beliau dikeluarkan darinya.
Sifat dengki seperti inilah yang melekat pada orang-orang Yahudi. Allah Azza wa Jalla menjelaskan dalam banyak ayat Alquran tentang hal itu. Seperti firman-Nya:
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
Artinya: "Banyak di antara ahli kitab yang ingin sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam hati mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka …" [QS Al Baqarah/2:109)Atau, firman Allah Subhanahu wa ta'ala:
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
Artinya: "Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya?" (An-Nisa’/4:54)
Imam Ahmad Rahimahullah dan At-Tirmidzi Rahimahullah meriwayatkan hadis dari Az-Zubair bin Al Awwam Radhiyallahu anhu dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ ، وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ ، حَالِقَةُ الدِّيْنِ لاَ حَالِقَةُ الشَّعْرِ ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا ، أَفَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ.
Artinya: "Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian."